Selamatkan heritage dengan pantomim
Apriliana Susanti
Wartawan Harian Jogja
Pantomim
bagi seorang Wanggi Hoed bukan sekedar seni tanpa kata-kata, namn juga
untuk mengkampanyekan sejarah warisan sejarah budaya Indonesia. Dalam
program Backpacker Nyasar Nyusur History Indonesia, pria asal
Bandung ini mampir di Jogja untuk berpantomim di beberapa ruang publik
yang memiliki nilai sejarah. “Selamatkan heritage [warisan budaya]
jangan hanya di bibir saja. Kami mencoba berbuat secara nyata untuk
menyelamatkan heritage di Indonesia,” ungkapnya usai pertunjukan
pantomimnya di depan area Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Sabtu (23/7)
lalu. Wanggi menuturkan, kesadaran masyarakat Indonesia dalam menjaga
dan melestarikan warisan-warisan budaya masih rendah. Hal itu di
buktikan dengan banyaknya bangunan-bangunan peninggalan masa lalu yang
tak terawat bahkan banyak diantaranya yang di bongkar untuk di bangun
gedung-gedung modern. “Selama perjalanan kami menyusuri
heritage-heritage di berbagai kota di Indonesia, kami jumpai banyak
peninggalan-peninggalan bersejarah yang tidak terawat,” ujarnya. Dalam
setiap penampilannya, Wanggi Hoed selaludi temani oleh Irwan Nu’man yang
meniup terompet. Mereka berdua tergabung dalam komunitas Mixi
Imajimimetheatre Indonesia yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat.
Pertunjukan jalanan
Pada
kesempatan lain, Wanggi Hoed tidak hanya berpantomim untuk penyelamatan
warisan budaya saja. Bersama beberapa mahasiswa Magister Manajemen
Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, mereka menggelar
pertunjukan jalanan di Titik Nol Kilometer untuk menggalang dana bagi
anak-anak yatim piatu pada Jumat (22/7). “Kami di ajak teman kami
[mahasiswa ISI] untuk show di sana. Kebetulan juga acaranya dekat
bangunan-bangunan peninggalan sejarah seperti kantor pos besar,”
ujarnya. Dalam pertunjukan di kedua tempat itu, aksi Wanggi mendapat
sambutan hangat penonton. Umumnya, penonton tertarik melihat pantomim
yang jarang mereka lihat di ruang publik. Namun demikian, tidak semua
pertunjukan mereka mendapat sambutan hangat. Mereka mengaku kerpakali di
kejar-kejar oleh petugas kepolisian karena dianggap menggangu
ketertiban umum. Bahkan mereka juga pernah dirampok seusai pentas di
Bandung. “Waktu show di Jakarta, kami hampir diusir dan dimasukkan bui
oleh polisi dan ketika di Bandung, kami kena perampokan,” ungkap Wanggi.
Meskipun kerap menemui berbagai halangan, Wanggi dan Irwan Nu’man tidak
menyerah untuk tetap menyuarakan penyelamatan dan pelestarian
warisan-warisan budaya Indonesia. Rencananya, Mixi Imajimimetheatre
Indonesia akan menyusuri peninggalan-peninggalan bersejarah di Kota Solo
pada September mendatang. “Save heritage, semoga bukan hanya di bibir saja! Ini bukan hanya misi kami, tapi misi untuk Indonesia dan dunia,” tegasnya.
Harian Jogja :
Harian Jogja :